Posts Tagged ‘HAM’
SOLIDARITAS DUNIA ISLAM UNTUK PENANGGULANGAN BENCANA
SOLIDARITAS DUNIA ISLAM UNTUK PENANGGULANGAN BENCANA
Oleh
M. Habib Chirzin *)
I- Lembaga Islam Tanggap Bencana
Islamic Relief dan Muslim Aid yang berpusat di London merupakan lembaga Islam yang telah berhasil merintis pelayanan bagi masyarakat yang tertimpa bencana. Baik bencana alam maupun bencana akibat konflik dan perang. Mereka juga berpengalaman melakukan pelayanan masyarakat miskin di wilayah-wilayah yang tertinggal dalam pembangunan di berbagai belahan dunia, seperti di Asia Selatan, Afrika Barat, bekas Uni Soviet, kawasan Balkan dan Bosnia Herzigovina. Banyak proyek-proyek mereka yang cukup berhasil. Bahkan diantaranya pernah mendapat penghargaan internasional, seperti yang diterima oleh Br. Yusuf Islam (Cat Steven), pelantun lagu “Morning has Brooken” yang pernah menjadi “hit” pada tahun 1970-an. Penghargaan dunia tersebut diterima dari World Association of NGOs (WANGO) di Budapest, Hungaria, pada bulan Oktober 2004, di mana penulis berkesempatan diundang menjadi salah seorang yang memberikan pidato sambutan.
KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF, ETIKA GLOBAL DAN PENGHORMATAN TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DALAM MASYARAKAT YANG SEDANG BERUBAH
KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF, ETIKA GLOBAL DAN PENGHORMATAN TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DALAM MASYARAKAT YANG SEDANG BERUBAH
Oleh
M. Habib Chirzin
I- Kepemimpinan Transformatif dalam Masyarakat yang sedang Berubah.
Kepemimpinan transformatif (Transformatif Leadership) sebagaimana yang antara lain dikembangkan Asia Pacific Online Network of Women in Politics, Governance, Decision-Making and Transformative Leadership, A project of the Center for Asia Pacific Women in Politics (CAPWIP) Women’s Global Rights, yang mengembangkan Asian Innovative Practices in Gender Mainstreaming, merupakan sebuah model kepemimpinan yang patut dikaji bersama, untuk kemudian dikembangkan dalam konteks sosial dan budaya Indonesia. Dalam masyarakat yang sedang berada dalam transformasi demokrasi, seperti yang terjadi di Indonesia pada saat ini, model kepemimpinan transformatif ini merupakan salah satu kunci keberhasilan dari proses reformasi yang masih berjalan tersendat-sendat. Dalam situasi yang sangat menentukan masa depan bangsa dan Negara seperti ini, kepemimpinan perempuan pada semua lini dan peringkat menjadi sangat imperatif. Bahkan sejak dua dekade yang lalu, sebenarnya gerakan perempuan dunia telah memperoleh momentumnya untuk bersama menentukan masa depan kemanusiaan dan kelestarian planet bumi ini dari kehancuran.
MENUJU PENANGGULANGAN BENCANA YANG BERBASIS HAK ASASI MANUSIA
MENUJU PENANGGULANGAN BENCANA
YANG BERBASIS HAK ASASI MANUSIA
Oleh
M. Habib Chirzin
I- Penanggulangan Bencana Berbasis HAM
Berbagai upaya untuk memastikan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM dalam penanggulangan bencana telah dilakukan oleh badan-badan kemanusiaan internasional, regional maupun nasional, sejak satu dekade terakhir ini. Dua bulan setelah terjadinya bencana Tsunami di Aceh, Nias dan sebagaian dari wilayah Sumatera Utara pada bulan Desember 2004, Asian Resource Foundation ( ARF ) yang bekerjasama dengan Asian Muslim Action Network (AMAN) serta beberapa lembaga regional lainnya, telah menyelenggarakan suatu panel diskusi tentang penanggulangan bencana dengan mengundang beberapa pembicara yang berasal dari beberapa negara yang terkena bencana Tsunami, seperti Indonesia, Thailand, India, Maldive dan Sri Langka, bertempat di Bangkok, pada bulan Pebruari 2005. Diskusi ini antara lain bertujuan untuk belajar dari pengalaman beberapa negara tersebut dalam menghadapi bencana Tsunami dan upaya penanggulannya. Berdasarkan berbagai data dan informasi yang diperoleh, serta pengalaman dalam penanggulangan bencana di beberapa negara tersebut, maka diusulkan antara lain perlunya pendekatan penanggulangan bancana yang berbasis HAM. Pendekatan penanggulangan bencana berbasis HAM ini dimaksudkan antara lain, untuk menjamin para korban terjamin dan terlindungi haknya untuk hidup secara bermartabat ( Rights to life with dignity ) , hak atas standar hidup yang layak (Right to an Adequate Standard of Living), hak atas keamanan pribadi ( Right to Security of Person ), hak atas keamanan di tempat tinggal (Right to Security of the Home), hak atas lingkungan yang sehat dan kelestarian (Environment and Sustainability), kesetaraan gender ( Gender Equality), Kebebasan untuk bergerak dan hak untuk Kembali ke tempat asal (Freedom of Movement (including Right to Return) dll.
UMAT ISLAM, PERDAMAIAN DAN PEMBANGUNAN DUNIA : KONPERENSI DI ISTANA CAUX, SWISS
UMAT ISLAM, PERDAMAIAN DAN PEMBANGUNAN DUNIA : KONPERENSI DI ISTANA CAUX, SWISS
Catatan Perjalanan M. Habib Chirzin
Dunia yang terbelah dan Perdamaian
Harapan umat Islam dan masyarakat dunia pada umumnya akan terciptanya tatanan dunia yang lebih damai, adil dan lestari, setelah berakhirnya perang dingin pada tahun 1989, yang antara lain ditandai dengan runtuhnya komunisme dan pecahnya Uni Soviet; ternyata tidak kunjung terwujud. Penulis yang pada saat itu menyaksikan runtuhnya tembok Berlin, dan proses bersatunya Jerman Barat dengan Jerman Timur, mengharapkan dunia akan meninggalkan politik perlombaan senjata dan agresi militer yang sudah menelan korban jutaan jiwa manusia, khususnya masyarakat sipil yang terdiri dari anak-anak dan kaum perempuan. Tidak kurang mengerikannya, korban yang berupa rusaknya lingkungan hidup dan daya dukung sistem kehidupan di atas planet bumi. Terutama saat terjadinya Perang Teluk pada tahun 1992 yang disebut sebagai “eco war”, perang penghancur lingkungan hidup. Meskipun sebenarnya semua bentuk peperangan telah menyebabkan kerusakan lingkungan, baik akibat langsung dari penggunaan senjata, terutama senjata biologi; maupun akbibat dari pengungsian besar-besaran yang merusak tanah pertanian maupun ladang yang produktif.